Minggu, 04 Mei 2014

Jual Ayam Broiler & Jantan U.D Anwita Ps Nets

U.D Anwita Ps Nets
Suplier,Broker,Usaha Dagang
Jl.KH Zakaria No 82 Tlp/Fax (0265)2751427 Cijeungjing Ciamis Jawa Barat

>USAHA KERAJINAN KAWAT ANYAMAN BRONJONG

>Rangka Atap Baja Ringan

>Tralis/Pagar Besi

>Games On-Line

>Play Station

>Cat Las Duco 
>Pakan Ayam
>DOC Ayam Broiler/Jantan
>Obat-obatan Ayam 
>Pasir Cor/Pasir Biasa
>Bronjong Pabrikasi/Manual
Menekan Reaksi Setelah Vaksinasi

Dari berbagai sumber menyebutkan bahwa pada pemberian vaksinasi melalui air minum, virus vaksin gumboro sebelum mencapai di bursa fabricius akan melakukan replikasi di sel limfosit dari usus kemudian menuju sel kupfer di organ hati. Selanjutnya diedarkan melalui pembuluh darah menuju bursa fabricius untuk melakukan perbanyakan diri.

Proses ini berlangsung sekitar 24 - 48 jam setelah vaksin dan sangat tergantung dari sistem kekebalan induk, jenis vaksin yang digunakan, dan ketepatan waktu vaksinasi. Begitu juga dengan masa penyembuhan bursa fabricius yang dapat berlangsung sekitar 7 - 10 hari, ini juga tergantung oleh faktor-faktor di atas.

Untuk mengetahui adanya kerja dari vaksin biasanya dapat dilakukan pengecekan dengan melihat evolusi bursa fabricius secara makroskopik di umur 7, 14, dan 21 hari setelah vaksinasi. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh peternak untuk meminimalkan kejadian reaksi setelah vaksinasi gumboro terutama pada saat 1 -7 hari setelah vaksinasi.

Pertama, pastikan tercapainya bobot badan pada 2 minggu pertama. Untuk memaksimalkan pencapaian berat badan pada minggu pertama dapat dipengaruhi banyak hal. Contohnya kualitas DOC dari mulai dari ukuran dan kondisi umum DOC, manajemen pemberian pakan di awal hidup ayam, dan kondisi serta perlakuan ayam di masa brooding tersebut.

Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa pencapaian berat badan pada 2 minggu pertama juga diikuti dengan perkembangan maksimal sistem kekebalan, sistem pencernaan, dan pernafasan yang merupakan faktor pendukung pencapaian performa. Disarankan untuk memberikan pengobatan suportif seperti pemberian larutan glukosa pada saat setelah vaksinasi terutama pada ayam yang kondisinya kurang optimal.

Kedua, kekebalan dari induk. Dengan melihat kondisi akhir-akhir ini dimana supplai DOC broiler yang belum optimal sehingga memungkinan DOC berasal dari induk yang berbeda maka akan banyak dijumpai coeffecient variance dari titer maternal antibodi yang tinggi pada setiap angkatan ayam. Pada kondisi ini, peternak akan ada kesulitan untuk menentukan jadwal yang tepat dari vaksinasi gumboro.

Jika vaksin terlalu cepat akan ada kemungkinan netralisasi dari kekebalan induk ke virus vaksin pada ayam-ayam yang mempunyai status kekebalan induk tinggi sedangkan jika vaksinasi di mundurkan maka reaksi setelah vaksin ayam yang status kekebalan induknya rendah akan lebih parah. Yang lebih berisiko adalah masuknya virus gumboro yang lebih dahulu ataupun munculnya reaksi setelah vaksin yang lebih.

Dengan adanya kemajuan teknologi, dengan sudah tersedianya vaksin gumboro yang mempunyaiimmune kompleks maka problem seperti di atas bisa diminimalkan. Jeurissen et all,1998 menyebutkan bahwa kerusakan sel-sel limfosit dari bursa fabricius lebih minim pada vaksin gumboro kompleksimmune dibandingkan non immune kompleks.

Hal itu diperkuat oleh Kelemen et all pada publikasi ilmiahnya tahun 2000, bahwa vaksin IBDimmune kompleks tidak mempengaruhi respon kekebalan terhadap vaksin ND. Pada kondisi saat ini dengan tingginya tantangan penyakit ND di lapangan, terlihat dari masuk virus ND lapangan lebih awal di umur kurang dari 20 hari, maka penggunaan vaksin immune kompleks dihatchery (pembibitan) akan lebih menguntungkan karena booster vaksin ND bisa diberikan lebih maju pada umur 12 - 14 hari.

Ketiga, prosedur vaksinasi. untuk menjamin maksimalnya aplikasi vaksin gumboro melalui air minum, kontrol prosedur sebelum vaksinasi, pada saat vaksinasi, dan sistem audit setelah vaksin sangat diperlukan. Prosedur sebelum vaksinasi dilakukan 1 - 2 hari sebelum vaksin dengan melihat kondisi umum ayam, menghitung kebutuhan vaksin, serta jumlah dan kualitas air minum untuk vaksinasi.

Pada saat hari vaksinasi yang harus di lakukan adalah persiapan perlengkapan vaksinasi dan prosedur puasa dari ayam. Lalu setelah vaksinasi yang perlu diperhatikan adalah mengecek distribusi vaksin di setiap tempat dan sebaiknya gunakan form monitoring vaksin sebagai bahan evaluasi keberhasilan vaksinasi.

Keempat, maksimalkan respon immunitas ayam. Untuk meminimalkan kejadianimmunosuppresive maka biosekuriti yang ketat dikombinasikan dengan program vaksinasi merupakan faktor kunci untuk mengurangi penyebab efek berlebih dari vaksinasi. Terutama yang disebabkan oleh penyakit infeksius. Tidak ketinggalan upaya meminimalkan tereksposenya ayam dari mycotoxin dengan pemilihan pakan yang berkualitas dan memaksimalkan penanganan pakan di lapangan. Serta hal yang terpenting adalah menjaga kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan ayam untuk mengurangi stres.